Jumat, 08 Agustus 2014

*Tak'kan Ku Biarkan Kau Menghilang Meski Sedetikpun*

*Tak'kan Ku Biarkan Kau Menghilang Meski Sedetikpun*
Sepulang sekolah aku segera ganti seragam dengan kaos berwarna ungu dan mengenakan celana jeans panjang berwarna hitam. Aku mengambil tas yang ada di atas meja belajar yang sudah berisi buku pelajaran untuk ku pelajari di tempat les. Dan hari ini pun ada tes penting. Kali inipun, aku harus dapat nilai A. Tidak mau seperti yang sebulan yang lalu. Saat ingin berangkat, mama memanggilku dari ruang kerjanya.
"Hanie..." Panggil mama.
"Ya, ma.."Jawabku.
"Kesini sebentar!"
Aku segera menghampiri mama di ruang kerjanya.
"Ada apa ma? Aku udah terlambat ke tempat les nih."
"Hari ini kamu jangan les ya sayang, tolong kamu jaga Hana. Kasihan dia kalau main sendirian."
"Apa? Ma, hari ini aku ada tes, kalau tidak hadir, aku bisa-bisa dapat nilai D lagi dan aku ngga mau itu terulang lagi."
"Ngga apa-apa sayang. Sesekali kamu tolong jaga Hana yah. Dia masih kecil, dia butuh makan, main, tidur, dan kamu harus menjaganya ya kamu kan kakak nya."
"Ma, jangan hari ini. Besok, saja ya. Besok aku free kok.”
Besok, mama juga free sayang. Tapi, hari ini naskah mama harus segera di kirim ke kantor. Mama baru akan berangkat sekarang. Mama cuma bisa mengandalkanmu. Tolong jaga Hana yah sayang.”
Ma, aku hanya anak kelas 6 SD bisa apa aku bersama batita itu.”
Kamu bisa sayang. Sudah yah, mama pergi dulu. Sudah janji tidak datang terlambat. Daahh...”
Mama....”
Nanti mama pulang larut malam, kamu beli shomai aja ya, buat makan. Pulang nya mama akan bawa kue.”
Mama, cepat sekali hilang dari pandanganku. Semoga berhasil, ma. Awalnya, mamaku seorang penulis novel. Karena ceritanya menarik bagi pembaca di seluruh negara, membuat seorang direkture entertaint Korea, yaitu papaku menyukai karya nya. Sekian tahun bekerja sama, Dengan penuh cinta, akhirnya mereka menikah. Lahirlah aku dan Hana. Karna itu, mamaku sekarang menjadi seorang penulis naskah untuk film yang di buat di Korea. Itulah impian mama saat masih sekolah dulu. Hari ini, mama ada acara penting di kantornya. Aku harus mengerti. Aku tau, mama pasti repot, harus bekerja dan mengurus kami. Apalagi papa sekarang ada di Korea mengurus film baru yang akan di buatnya. Jadi, sekarang hanya ada aku dan Hana.
mai yu ta” Ajak Hana.
Kamu mau main apa?” Tanya ku.
Kelual lumah. Mai cepeta acah yu”
Main sepeda? Hm.. baiklah. Ayo!”
Aku menggendongnya menuju halaman rumah. Aku mengambil sepeda roda 3 miliknya. Aku menaruhnya di sepeda dan aku membantu mendorong nya dari belakang.
Hana cenang cekaliiii... ta. Ayu ta dolong lepih encang agii”
Nngga, nanti kamu jatuh, sayang.”
Nda. Ayu dolong... ta....”
Iya, iya baiklah...”
Dia pun tertawa. Entahlah, tiba-tiba saja perasaan kesalku pada nya hilang. Ini jadi lebih menyenangkan.
Halo, Hana. Lagi main sama kakak yah?” Tanya ibu tetangga yang lewat depan rumah.
mai cama tata..,..” jawab Hana.
Ibu itu bersama anaknya menghampiri kami.
Seru yah...” Ibu itu tersenyum pada Hana.
Ma, aku juga mau main sepeda.” Pinta anak ibu itu.
Mama ngga bawa sepeda kamu sayang.”
Tapi aku mau main sepeda.” paksa anak itu.
Cangan nangi ya. Inyi, mai cama cepetaku acah..” Hana memberikan sepedanya pada anak itu. Hana duduk di tanah, sambil memegang batu.
Atu mai macak-macakan... acah ya taaa....” Kata Hana.
Wah, Hana anak yang baik yah. Terimakasih yah.” Puji ibu tetangga pada Hana.
Setelah ibu itu memuji Hana, tiba-tiba saja anak ibu itu yang kira-kira usianya 3 setengah tahun memukul ibunya sendiri dengan keras.
Ah!” Teriak ibu itu terkejut.
Kamu kenapa? Kan udah di pinjami sepeda sama Hana. Sudah main sana.” Lanjut ibu itu.
Lalu anak itu bukan nya main sepeda, tetapi malah dia terus memukuli ibunya sendiri.
Tiba-tiba saja anak laki-laki itu menangis. Dan berhenti memukuli ibunya.
Cangan malah-malah cama mamamu cendili. Tamu alusnya peluntung punya mama yang paik. Yang celalu ata puat tamu. Mama Hana celalu cipuk, cati Hana cuma mai cama tata. Hana cetih talo liat mama yang paik cama tamu ti putulin. Ayu mita maaf cama mama tamu.” Perintah Hana.
Anak itu masih menangis.
Hana, kamu pukul dia yah?” Tanyaku.
Hana nda pukul. Tapi Hana timpah pate patu.” Jawab Hana.
Apa? Kamu timpah dengan batu?” Aku menoleh ke arah ibu itu yang tampak marah.
Hanie, kamu jagain tuh adik kamu. Jangan memukul seenaknya aja. Dasar, anak-anak ngga di rawat orang tua. Orang tua macam apa ngga bisa ngerawat anaknya sendiri. Sudah ayo kita pulang.” Ibu itu pergi sambil membawa anaknya yang menangis.
Kamu puas Hana? Kamu telah membuat orang itu menjelek-jelekan orang tua kita. Selama ini, kakak menjadi anak baik supaya orang ngga menjelek-jelekan papa dan mama kita. Tapi, kamu benar-benar nakal. Kakak ngga suka sama kamu. Kakak ngga peduli lagi sama kamu.” Aku berlari kedalam rumah. Air mataku tak tertahan lagi. Aku meninggal kan anak itu sendirian di depan rumah. Aku ngga peduli.
Karena permintaan mama, Hari ini aku ngga les hanya karena harus menjaga anak usia 2 tahun itu. Hiks! Anak itu, gara-gara dia aku akan dapat nilai D lagi. Menyebalkan. Dari dulu, aku memang ngga pernah suka sama dia. Di tambah lagi, dia membuat papa dan mama ku di jelek-jelekan sama orang itu. Menyebalkan. Semua karena Hana. Aku ngga peduli dan ngga mau tau lagi tentang dia. Menghilanglah. Itu yang ku inginkan darimu.
Beberapa jam di dalam rumah ku habiskan menangis di kamar. Mengingat kejadian tadi membuatku sesak. Tapi, setelah ku pikir-pikir Hana tidak salah. Dia hanya ngga suka kalau melihat seorang ibu yang baik di sakiti oleh anaknya sendiri. Hana merasa, anak itu beruntung memiliki mama yang selalu bisa menjaganya setiap saat. Tidak seperti Hana. Mama kami selalu sibuk membuat naskah. Karena itu Hana marah. Mama yang sebaik itu di sakiti. Itulah yang Hana pikirkan. Tidak, Hana bukan anak nakal. Hana anak yang baik. Aku telah bicara kasar padanya. Sepertinya, aku harus meminta maaf padanya. Tanpa Hana pun aku kesepian. Anak itu... Ngga boleh hilang. Dia harus di sini bersamaku. Selamanya.
Aku melirik ke arah jam dinding. Menunjukkan pukul 17.04 sore. Hana. Aku harus cari dia.
Aku mencari Hana di sekitar Halaman tidak ada. Aku mencarinya di dalam rumah pun tidak ada. Astaga! Dia kemana sih??? Ngga mikirin aku apa? Bagaimana ini.... Hana maafkan kakak yah sayang. Jangan menghilang. Kakak mohon.
Tata... ini Chomay buat tata matan ya.”
Bahkan, suaranya masih ku dengar. Hana. Pulang lah. Kakak menunggu mu.”
Atu ata ti belatang tata.”
Hana? Aku berbalik. Ternyata dia ada di belakang ku. Hana.
Hana.... maaf kan kakak ya. Kakak yang salah...” Aku memeluknya.
Atu peli chomay ta. Puat tata matan. Tuh apang nya. Tata yang payalin yah.”
Iya. Bang berapa shomay nya??” Tanyaku pada penjual shomay itu.
10.000 neng.”
Aku membayar nya dengan uang yang ada di kantong celana jeans ku. Aku tidak peduli dengan hal yang lain. Meski dapat nilai D sekalipun, Hana lebih penting dari apapun. Kemudian, aku menggandeng tangan Hana dan kami masuk ke dalam rumah bersama. Tak kan ku biarkan kau Menghilang. Meski sedetikpun.


**Selesai**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar