Jumat, 08 Agustus 2014

^RASA DALAM RAHASIA^

Malam ini aku duduk di taman di halaman rumah ku. Aku menunduk. Menatap jemari tangan kanan ku yang memerah. Sebenarnya, dokter bilang, harus di perban sementara waktu, tapi kalau di perban nanti teman-teman khawatir. Sedangkan, aku tak ingin siapapun tau akan hal ini. Sakit sekali rasanya. Tapi aku tersenyum.
"Syukurlah, tangan ku yang terinjak dan bukannya jepitan ini." Gumam ku sambil melepas jepitan biru dari rambutku dengan tangan kanan dan menatap nya.
Tiba-tiba kejadian kemarin teringat kembali. Saat tanganku terinjak orang. Saat itu, Aku, Maria, Hosea, Hajey, Yehezkiel, dan Kak Yohanes sedang jalan-jalan di pasar malam. Tempatnya sangat ramai pengunjungnya. Lalu jepitan ini, yang sedang ku pakai saat itu terjatuh. Saat ingin mengambilnya, tangan kananku terinjak orang. Sampai sekarang masih sakit.
"Jepitan ini sangat berharga bagiku. Jepitan ini adalah pemberian Hajey saat aku ulang tahun ke-17. Benar-benar berharga bagiku." Aku tersenyum lagi berusaha melupakan rasa sakit tangan ini.
Nona, sedang apa kau di sini?” Tanya Yohanes menghampiriku.
Apa? Oh... gpp koq.” Jawabku masih memandang jepitan ini. Tiba-tiba aku menyadari sesuatu. “Kakak, sudah ku bilang jangan panggil aku nona, panggil saja namaku.” Lanjutku.
Tapi, tantenya nona kan bilang, tak boleh panggil nama begitu saja, nona.” Jawabnya. “Lagi pula...... aku kan hanya supirmu.” Gumamnya.
Hah, kakak... Tenang saja, Tanteku kan tidak ada di sini, dia tidak akan tau. Jadi, tidak masalah. Orang tua ku kan juga tidak marah. Panggil namaku saja yaa.” Jawabku sembari tersenyum simpul.
..........................” Dia terdiam menunduk.
Dia adalah supir pribadiku yang juga ku anggap sebagai kakak. Kak Yohanes, adalah anak dari PRT (Pembantu Rumah Tangga) dan Pembersih Kebun di rumahku. Mereka sekeluarga, telah kami anggap sebagai keluarga. Keluarga mereka telah mengabdi selama 18 tahun pada keluarga kami. Sejak TK, ketika orang tuaku pergi keluar negeri karena bisnis, Ibu lah yang merawatku. Ibu adalah Mamanya Kak Yohanes.Mereka sekeluarga sangat baik. Usiaku dengan kak Yohanes, hanya berselisih satu tahun. Dia 18, dan aku 17 tahun. Kami sangat akrab, sebenarnya aku sih yang meng-akrabkan nya. Habis aku ingin sekali punya kakak. Lagi pula saat kecil kak Yohanes cengeng sekali saat di juluki anak pembantu. Aku yang membelanya. Aku bilang dia kakak ku. Ketika mendengar itu, Semua anak itu minta maaf padanya. Dan kak Yohanes pun berhenti menangis. Kalau ingat kejadian saat kecil, sepertinya lucu sekali. Tapi sepertinya..... Sekarang kakak sudah tidak cengeng lagi. Karena udah besar kali yaa? Hhehehehehehe,.....
A, aada apa? Kenapa kau tersenyum memandangiku?” Tanyanya malu-malu.
Tidak, tidak apa-apa koq.” Aku berusaha tahan tawa, sambil memandangi wajahnya yang tampak lucu. Ekspresinya itu loh yang gak tahan. Lucu banget.
Ah, sudah-sudah.” Dia tampak kesal. Tambah lucu saja wajahnya. Haduh-haduh!
Kak, jadwal ku besok apa aja ya?” Tanyaku serius.
Besok jadwal nona kosong.” Jawabnya setelah melihat buku jurnal di sakunya. Tiba-tiba dia seperti mengingat sesuatu.
Ahh! Nona... Ehm.. maksudku, Hanie ada Perlombaan melukis di Istana Merdeka.” Lanjutnya.
Benarkah?” Tanyaku lupa sama sekali.
Kau lupa ya non.. ehm.. kau lupa ya Hanie?” Tanyanya serius.
Aahmmmm!” Aku berusaha mengingat. “Oke,” Jawabku.
Ingat?” dia tampak senang.
Lupa.” Jawabku singkat.
Hmm, ku kira kamu ingat. Yah, pokok nya... besok ada perlombaan melukis antar sekolah. Di sekolah kita, karena hasil vote suara terbanyak kamu yang menang. Jadi, Kau yang berlomba.” Jelasnya panjang lebar.
Aku bingung. Bagaimana ini? Tangan sebelah kanan ku sakit dan pasti tak bisa melukis. Sedangkan, saran dokter tangan ini tak boleh banyak gerak. Hmm... Aku memandangi tangan kanan yang sedang memegang jepitan berbentuk pita berwarna biru ini. Sepertinya aku tampak murung, hingga kakak menegurku.
Hanie... Ada apa? Oh itu jepitan dari Hajey yah? Ternyata dari dekat sangat cantik yah.” Dia berusaha menghiburku.
Iya, kau benar kak.” Aku tersenyum. Baiklah, aku mau istirahat dulu yah. Besok harus siap-siap lomba.” Kataku kemudian berdiri. Dan melangkahkan kaki perlahan-lahan hingga menjauhi tempat itu.
^^^^^^^


Keesokan paginya.
Tampak seorang bibi (PRT) mengetuk pintu kamar Hanie. Namun sayang sekali, Pintu itu tak di bukakan oleh Hanie. Namun juga sepertinya kamar itu kosong tak ada siapa-siapa. Dengan rasa penasaran sang bibi pun membuka pintu kamar Hanie. Benar saja Hanie sudah tak ada di kamarnya. Bibi itu masih ada di depan kamar Hanie. Berpikir dengan keras kemana majikannya itu? Tak lama, Yohanes datang.
Ibu, sedang apa?” Tanya Yohanes, anaknya. Dia tampak baru bangun .
Yo, kemana ya nona Hanie? Dia belum sarapan. Lagi pula ini baru jam 05.45 tak mungkin juga dia sudah pergi ke sekolah. Biasanya baru bangun. Mungkin tidak ya dia pergi olahraga?” Tanya bibi itu khawatir. “Ah! Sudah, kamu cari saja sana. Siapa tau belum jauh.” Perintah bibi itu.
Yah, baiklah bu.” Yohanes pun segera mencarinya.
Hari semakin siang. Belum menemukan Hanie. Dia segera pulang dan bersiap kesekolah. Siapa tau Hanie ada di sekolah. Pikirnya.
Ternyata, Hanie sedang bersama Yehezkiel. Sahabat karibnya sejak kecil. Hanie sepertinya sedang melukis.
Tangan kirimu lumayan juga..” Jawab Yehezkiel sambil tahan kantuk.
Kau mengantuk yah? Maaf yah.. aku merepotkanmu. Salah juga sih aku ke sini saat tengah malam. Eh, gambar yang ini bagaimana?” Tanya Hanie.
Hmm... Hoaaaammm....” Akhirnya Yehezkiel pun menguap. Hanie juga ikutan menguap. “Hoaaaaammmm....” kemudian mereka tertawa bersama.
Eh, kiel, udah jam 07.25 nih. Kita di suruh kumpulnya jam 09.00 kan? Masih mau lanjut ngga?” Tanya Hanie sambil menggoreskan kuas di bidang gambarnya.
Nie, kebayang ngga sih, nanti tema melukisnya apa?” Tanya Yehezkiel tiba-tiba.
Paling pemandangan di Istana Merdeka.” Jawab Hanie menyepelekan.
Hey, siapa tau di suruhnya melukis wajah pak presiden. Siapa yang mengira kan?” Tebak Yehezkiel asal.
Oh yah! Bisa jadi tuh! Cari di internet dong wajah pak presidennya. Aku mau belajar sekarang.” Pinta Hanie.
Yehezkiel segera mengambil IPED nya. Dan segera meng-search wajah pak presiden di google.
Yang ini bagaimana?” Usul Yehezkiel sambil menunjukkan fotonya.
Ah, jangan yang itu. Itu sih terlalu resmi.” Tolak Hanie.
Kalau yang ini bagaimana?” Usul Yehezkiel lagi sambil menunjukkan nya.
Ih... itu terlalu santai. Yang lain, yang lain.” Tolak Hanie lagi.
Hmmm... bagus nya yang mana ya.... semuanya bagus loh, Nie.” Kata Yehezkiel.
`”Tapi, lebih baik memang menggunakan tangan kanan. Tangan kiri susah. Aku ngga biasa menggunakannya.” Gumam Hanie.
Hey, kamu pasti bisa. Semangat dong! Kamu kan jago melukis wajah seseorang.”
Itukan kalau menggunakan tangan kanan.”
Udah, tenang aja deh, kamu pasti bisa. Udah nih kamu coba lukis wajah yang ini. Lagi pakei batik nih, keren.” Usul Yehezkiel lagi.
Hanie pun berusaha melukis dengan baik. Meski hasilnya tak sebagus jika ia menggunakan tangan kanannya.
Sementara itu.... Di sekolah semuanya panik nya luar biasa. Tanpa Hanie, mereka GALAU.
Semuanya, kalian sungguh tidak melihat Hanie?” Tanya Ibu kepala Sekolah.
Kami ngga Lihat bu!” Jawab murid-murid kompak.
Sudah jam 08.01 ini. Kemana dia ya?” Ibu kepala sekolah tampak cemas.
Nah, Hajey, jika Hanie tidak ada, kamu aja yah yang menggantikannya.” Usul Ibu wali kelas kami. Ibu Litha.
Oh, Hajey bisa melukis yah? Bagus kalau begitu. Kita berangkat sekarang.” Kata ibu kepala sekolah.
Aduh ibu bercanda nih. Jangan saya bu, Saya ngga bisa bu.” Jawab Hajey.
Teman-temaaaaan....................... Hanie ada ngga?” Tanya Yohanes dengan napas yang tersengal-sengal karena ke lelahan berlari.
Hah? Dia tidak bersamamu?” Tanya Maria heran.
Ngga. Justru dari jam 5-an dia udah ngga ada di rumah. Aku kira dia sudah di sini.” Jelas Yohanes.
Aku menghubungi hpnya tapi ngga di angkat.” Kata Hosea tiba-tiba.
Eh, Si Yehez juga ngga ada.” Sela Hajey.
Kenapa Jey, kau ngga mikir mereka lagi sama-sama kan?” Ledek Maria.
Apa? Siapa bilang aku jealos?” balas Hajey.
Perasaan Maria ngga bilang kamu jealos deh. Ehem...” Timpal Hosea.
Ternyata Hajey.... yaa....” Ledek Maria.
Hajey itu ngga jealos, dia kan ngga suka sama Hanie. Iya kan Jey?” Yohanes mengetes Hajey.
Oh, iya ya. Bener tuh.” Jawab Hajey asal.
Hah? Serius ?” Tanya Maria, Hosea, Yohanes, TERKEJUT.
Hajey terdiam. Kemuadian akhirnya mereka berangkat ke Istana Merdeka. Untuk berlomba.
Tidak lama mereka tiba tepat waktu. Semua murid dari berbagai sekolah datang ingin mengikuti perlombaan melukis di Istana.
Selamat pagi untuk Bapak Ibu guru, juga murid-murid sekalian. Selamat datang di Istana Merdeka ini.” Ucapan Sambutan dari Kepala Menteri Istana.
Sebelumnya, presiden mengundang kalian ketempat ini adalah untuk mengadakan perlombaan melukis. Baiklah, segala perlengkapan sudah tersedia. Silahkan para peserta dari masing-masing sekolah menempatinya. Bagi pemenang, akan di berikan hadiah istimewa. Yaitu, mendapatkan beasiswa 100% di Universitas pilihan pemenang. Dan nama sekolah akan di beri penghargaan.” Lanjut wakil Presiden.
Hajey, cepat kamu ke sana. Lukislah sesuatu yang bagus ya.” Saran Ibu kepala sekolah.
Bu, ini serius. Jangan saya...” Tolak Hajey.
Kalau bukan kamu siapa, Hanie? Mana sekarang dia tidak ada.” Tanya Ibu kepala sekolah kepada Hajey.
Sudah ikut saja. Menang kalah adalah hal yang biasa. Yang penting, sekolah kita tidak kalah sebelum bertanding.” Lanjut Ibu kepala sekolah memberi Hajey semangat.
Hanie.....” Hajey terus-terusan memanggil nama Hanie pelan-pelan. Dengan raut muka yang benar-benar memelas.
Hajey, cepat kesana! Sudah mau mulai loh...” Sela Ibu Litha. Menghampiri Hajey dan Ibu kepala sekolah.
Hanie, pasti datang bu. Saya percaya dia pasti datang. Tunggu sebentar lagi.” Hajey mulai memelas.
Lantas kemana dia saat kita semua benar-benar membutuhkannya? Itu sama saja dia melalaikan tanggung jawab yang sudah di berikan. Tiba-tiba menghilang, di hubungi tidak di jawab. Apa namanya kalau bukan lari dari tanggungjawab?” Lanjut bu kepala sekolah.
Ibu, Hanie bukan orang yang seperti itu. Dia pasti datang bu.” Jawab Hajey mencoba meyakinkan.
Sudah Hajey, cepat kamu ke sana.” Perintah ibu kepala sekolah. Sembari mendorong Hajey supaya Hajey berjalan ketempat melukis.
Hanieeeee........” Tiba-tiba Hajey teriak memanggil nama Hanie. Memang tidak semua orang mendengar. Yang mendengar hanya teman-temannya.
^^^^^^
Maaf, saya datang terlambat bu.” Kata ku sambil mengatur napas yang tersengal-sengal karena berlari tadi.
Hanie? Syukurlah kamu datang...” Kata Hajey sembari memeluk ku tiba-tiba. Tentu saja aku terkejut. Segera setelah itu dia melepaskan ku.
Maaf.” Katanya.
Cieeeee............” Ledek teman-teman. Haduh! Jantung ini tambah kencang berdebarnya. Sudah karena lari tadi, karena ingin lomba, di tambah lagi........ karena Hajey.
Hanie, syukurlah kamu datang. Sudah cepat kamu ketempat itu. Lukislah sesuatu yang bagus yah.” Ibu kepala sekolah tersenyum padaku.
Senyum yang sepertinya memberikan semangat padaku. Terimaksih bu. Aku membalas senyum itu. Dan segera berlari ke tempat yang sudah tersedia.
Baiklah, adakah peserta yang belum hadir?” Tanya menteri.
SUDAH LENGKAP!!!!” Teriak teman-teman sekelasku. Entahlah, hanya aku atau memang suara teriakan Hajey yang paling besar? Aha. Sudah, aku harus fokus.
Baiklah, karena semua peserta sudah lengkap, sekarang saat nya memberikan aba-aba.” Lanjut menteri.
Tunggu sebentar! Kali ini aku ingin bicara. Aku ingin, kalian melukis wajahku.” Tiba-tiba pak presiden berkata demikian. Kami, para peserta cukup terkejut.
Apa? Bukan pemandangan? Melukis wajah? Sebelumnya.... aku belum mencobanya.” Keluh salah satu peserta.
bagaimana ini? Melukis wajah?” Gumam peserta yang lain.
Syukurlah....” batinku.
Baik, segera..... MULAI!!!!!!!” Pluit di bunyikan. Sepertinya peserta yang lain ada yang sudah siap bahkan sudah mulai melukis wajah pak presiden.
Sekarang masalahnya, untuk melihat dengan jelas wajah pak presiden saja aku tidak bisa. Jaraknya cukup jauh. Harusnya aku bawa kacamata tadi. Haduh! Mataku kan Minus. Aku berusaha bersikap tenang. Aku menutup mataku. Kemudian membuka lagi berusaha melihat pak Presiden. Tetap saja kurang jelas. Wajah pak Presiden jika di lihat dari dekat bagaimana ya? Aku menutup mataku lagi. Kali ini cukup lama. Agar aku bisa konsentrasi membayangkan wajah pak Presiden.
^^^^^^^
Sedang apa anak itu? Kenapa dia menutup mata? Sedangkan peserta yang lain sudah mulai melukis.” Ibu kepala sekolah bertanya-tanya.
Melatih konsentrasi.” Jawab Yehezkiel mendekati Ibu Kepala sekolah yang berdiri sendirian.
Konsentrasi apa?” Tanya Ibu kepala sekolah.
Ibu lihatkan, Hanie tidak pakai kacamata. Mana kelihatan dia melihat orang dengan jelas dari jarak yang sejauh itu.” Jelas Yehezkiel.
Jadi, maksudmu , mata Hanie Minus?” Tanya ibu kepala sekolah.
Benar, Bu. Tapi, Hanie pasti bisa.” Jawab Yehezkiel bersikap tenang.
Hajey terlihat sedang mendekati mereka untuk mengetahui apa yang sedang di bicarakan oleh Kepala sekolah dan Yehezkiel.
Cepat, kau berikan kacamatanya padanya.” Perintah Ibu kepala sekolah.
Dia ngga bawa kacamata bu. Tapi tenang saja bu, Dia punya triknya. Yang di sebut, Tak-Tik-wanita_Cantik.” Yehezkiel tersenyum.
Hajey tertawa merasa geli ketika mendengar perkataannya Yehezkiel.
Apa itu? Tak-Tik-Wanita_Cantik? Hahahaha......” Hajey merasa geli sampai membuatnya tertawa geli.
Yehezkiel sangat terkejut ketika melihat Hajey ada di samping kanannya.
Kau menguping ya?” Tanya Yehezkiel MENYELIDIKI.
Apa? HAH. Mana mungkin....” Hajey berusaha menutupinya.
Oh, yah sudah.” Lanjut Yehezkiel.
Yehezkiel kembali memperhatikan Hanie dari kursi penonton. Yang tadi nya berdiri, Kemudian dia duduk sambil menumpang kaki. Dengan gayanya yang memang super duper keren. Hajey yang berada di samping Yehezkiel terus memandangi Yehezkiel dengan wajah yang penuh rasa keingin tahuan.
Jadi, sejak pagi... kalian bersama yah?” Tanya Hajey pada Yehezkiel.
Tidak. Tidak sejak pagi.” Jawab Yehezkiel dengan gaya nya yang cool.
Lalu ?” Tanya Hajey penasaran.
Lalu? Lalu apa maksudmu? Sudahlah kau jangan tanya-tanya terus. Itu......” Yehezkiel sengaja membuat Hajey penasaran.
Itu? Itu apa?” Tanya Hajey semakin ingin tahu.
Yehezkiel berbisik di telinga kiri Hajey.
Itu........ Kau sungguh ingin tau, itu yang ku maksud apa?” Tanya Hehezkiel.
Tanpa berkata apa-apa, Hajey mengangguk beberapakali.
Hm. Itu...................................................... Rahasia kami.” Bisik Yehezkiel.
Heh! Kau cari mati ya?!!!” Hajey tampak kesal seperti ingin melayangkan tinjunya kepada Yehezkiel.
HANIE!!!!!” Tiba-tiba teman-teman Hanie yang melihat Hanie berteriak heran. Membuat Hajey tidak jadi memukul Yehezkiel. Segera Hajey memperhatikan Hanie.
Mata Hajey dan semua teman-teman Hanie benar-benar terbelalak. Kecuali Yehezkiel. Hal yang membuat mereka semua terkejut adalah karena Hanie mulai melukis dengan tangan kiri. Ini hal yang tak mungkin. Sebelumnya, Hanie tak bisa melukis dengan tangan kiri. Mana mungkin? Semuanya benar-benar terkejut.
Bagus Hanie. Semangat!” Batin Yehezkiel.
Akhirnya, dua jam berakhir. Pluit pun di bunyikan. Hasil lukisan itu di beri nama dan nama sekolah siswa siswi yang melukisnya. Akhirnya, pak presiden akan memilih hasil terbaik lukisan itu. Semua peserta dari berbagai sekolah merasa deg-degan. Hanie pun juga sama.
Tiba lah saatnya Pak Presiden memberi pengumumannya. Dan.... Pemenangnya adalah....
Hanie dari sekolah 'A High School' silahkan maju kedepan” Perintah Pak presiden.
Ah... Aku?” Hanie bertanya-tanya.
Hanie silahkan”
Hanie pun maju ke depan mendekati pak presiden.
Aku memperhatikan, dari semua peserta hanya kau yang melukis dengan tangan kiri. Ada apa dengan tangan kananmu? Apakah tangan kanan mu tidak bisa di gunakan untuk melukis?” Tanya pak presiden.
A.... itu.... “ Gumam Hanie.
Aku harus jawab apa? Berarti bukan aku pemenangnya? Tidak boleh melukis dengan tangan kiri? Bagaimana ini?” Batinnya.
Tiba-tiba pak presiden yang menatap Hanie sedari tadi tersenyum.
Selamat nak, kau lah pemenangnya.” Katanya.
WAH! Benarkah pak?”
Benar. Kau berbakat. Ini lah lukisan pertama yang ku dapatkan yang benar-benar ku akui mirip sekali dengan wajahku. Terimakasih.”
Akhirnya, setelah perlombaan itu mereka kembali kesekolah.
Hanie, kau sangat berbakat. Karna mu nama sekolah kita menjadi terkenal.” Puji Maria.
Hei, bukan karna ku juga kan? Heheheehe...”
Selamat ya Hanie.”
Terimakasih.”
Lalu, kenapa hadiah beasiswa ke universitas kamu tukar dengan uang?”
Masuk universitas kan masih tahun depan. Kelamaan. Lebih baik, kita bersenang-senang. Aku akan traktir kalian semua makan dan nonton.”
Horee.... ajak guru-guru juga yah. Oh ya, kepala sekolah juga harus ikut..”
Mereka pun pergi ke sebuah mall dan makan disana merayakan keberhasilan Hanie.
^^^^^^^
Jepitan ini, masih bertahan rupanya di rambutku.” Sambil berkata demikian, aku melepaskan jepitan ini dengan tangan kiri. Dan menatapnya sebentar. Kemudian aku memakaikan nya lagi di rambutku.
Bersyukur karena bukan jepitan ini yang terinjak. Tetaplah, berada di kepalaku yah.” Aku bicara sambil melihat cermin yang ada di hadapanku.
Meski tangan kananku rasanya sakit sekali, tapi.... biar lah rasa ini menjadi rahasia saja. “
Aku pun keluar dari toilet mall.
Beasiswa sekolah ke Jepang benar-benar kau tolak. Semoga pilihan mu tepat Hanie.” Kata Yehezkiel di depan toilet.
Bagaimana ya, tangan kananku sulit ku gunakan lagi.” Balas ku.
Yah, tidak apa-apa. Pasti cepat sembuh. Ayo semangat sama-sama!”
Ah, kau ini. Semangat!!!”
Eh, teman-teman yang lain berpencar. Jadi kita bareng sama Maria, Hosea, Hajey, dan Yohanes.”
Yah, tidak apa-apa kalo gitu.”
Hmmm... Kiel, masalah tanganku ini, tolong rahasiakan yah. Terutama dari Hajey.” Lanjutku.
Kau mau menahan rasa sakit sendirian ya? Seandainya bisa di bagi dua, bagi aja padaku. Bila perlu semua rasa sakit yang ada di hatimu. Aku akan menjaga mu. Aku akan melindungimu.” Yehezkiel tersenyum.
Aku menatapnya. Dia pun menatapku. Pandangannya begitu tulus padaku. Sayangnya, bukan dia yang paling ku sukai. Kami masih saling memandang.
Yehezkiel seperti papa.” Ledekku.
Hey.... apa katamu? Awas yah! Awasnya ledekin aku seperti om-om lagi.”
Hehehe...”
Kami pun menghampiri teman-teman kami.
Hanie, coba lihat ini deh. Ini kamu kan waktu di pasar malem waktu itu?” Tanya Hosea sambil memberikan kameranya.
Kau merekam ku yah?” tanya ku heran.
Iya, habis Hanie cute sih.” Ledek Hosea.
Kalau dia merekam aku terus, tangan kanan ku yang terinjak akan ketahuan. Sebaiknya aku hapus video ini.
Sini kameranya.” Aku merebut kamera nya dari tangan Hosea.
Aku memutarnya sekali lagi. Benar ada kejadian saat itu. Sebaiknya cepat aku hapus.
Sudah ku hapus, hehehehe” Kataku sambil mengembalikan kamera milik Hosea.
Hanie, kok di hapus? Aku sama sekali belum lihat loh bagian akhirnya. Itu kan buat kenang-kenangan...” Kata Hosea memelas.
Nanti kita buat kenang-kenangan yang lain yah. Hehehe ..”
Ada di video itu yah?” Tanya Yehezkiel kemudian meminum pepsi blue dengan sedotan.
Iya.” Jawabku.
Sudah malem, Yohanes, antar aku pulang yah...” Pinta Maria.
Tapi aku pulang mengantar nona Hanie. Kalau mau ikut, boleh. Kebetulan kami bawa mobil.” Jawab Yohanes.
Tiba- tiba Hajey menepuk bahu Yohanes.
Biar Hanie pulang bersamaku.” katanya.
Astaga, aku terkejut. Dia, mau mengantar ku pulang? Hoho.. oh, pangeranku.... >_<” Batinku.
Oke kita pulang yuk.”
Akhirnya semuanya pun pulang. Hajey pun mengantarku pulang.
Syukurlah... Biarlah ini menjadi Rahasia aku dan jepitan ini. Meski harus memendam perasaan ini lebih lama, tidak masalah Asal tetap bisa bersamanya selamanya... Meski sebatas teman. Benarkan, Hajey? :)


^Selesai^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar